Bagian 3: Bagaimana Memikat Orang Lain
Mengikuti Cara Berpikir Anda
Prinsip 1: Satu-satunya cara memperoleh
manfaat yang sepenuhnya dari perdebatan adalah menghindarinya.
Anda
tidak bisa menang dalam sebuah debat. Sembilan dari sepuluh kemungkinan, sebuah
argumen akan berakhir dengan masing-masing kontestan malah menjadi lebih kokoh
dalam pendapat mereka bahwa merekalah yang mutlak benar. Anda tidak bisa menang
dalam sebuah debat. Anda tidak bisa, karena kalau anda kalah, anda kalah, dan
kalau anda menang, anda kalah juga. Mengapa? Nah, misalkan anda menang atas
pihak lawan dan mampu membuktikan bahwa dia non
compos mentis. Lalu bagaimana? Ya, anda akan merasa senang. Tapi bagaimana
dengan lawan anda? Anda telah membuatnya merasa rendah diri. Anda rela melukai
harga dirinya. Dia akan membenci kemenangan anda dan seseorang yang diyakinkan
untuk menentang kehendaknya sendiri akan tetap memegang pendapatnya sendiri.
Seperti
yang Ben Franklin biasa katakan:
“Kalau
anda mendebat dan bersikeras dan menentang, anda kadang-kadang memang akan
mendapat kemenangan; tapi itu adalah kemenangan kosong karena anda tidak akan
pernah memperoleh kehendak baik lawan anda.”
Jadi,
renungkan sendiri untuk diri anda. Mana yang lebih anda suka, kemenangan
akademis yang semu atau kehendak baik seseorang? Jarang ada orang yang memiliki
keduanya.
Buddha
berkata, “Kebencian tidak akan berakhir dengan kebencian lagi, melainkan dengan
cinta,” dan suatu kesalahpahaman tidak pernah bisa diakhiri dengan perdebatan,
melainkan dengan taktik, diplomasi, penyelesaian dan hasrat yang simpatik untuk
melihat sudut pandang orang ini.
Lincoln
pernah menegur keras seorang pemuda opsir tentara yang mempertuturkan hati
melakukan kontroversi keras dengan seorang rekan. “tak seorang pun yang
bertekad memanfaatkan yang terbaik dari dirinya sendiri,” ujar lincoln, “boleh
meluangkan waktu untuk kepuasan pribadi. Ia tetap tidak dapat menerima konsekuensinya,
termasuk kelemahan watak dan hilangnya pengendalian diri. Lebih baik memberi
jalan anda pada seekor anjing daripada digigit olehnya dalam pertarungan untuk
memperoleh hak. Bahkan membunuh anjing itu tidak akan menyembuhkan gigitannya.”
Dalam
sebuah artikel Bits and Pieces,
beberapa saran telah diberikan mengenai bagaimana mencegah rasa tidak setuju
agar tidak menimbulkan perdebatan. Saran-saran tersebut adalah:
- Sambut baik rasa tida setuju itu. Ingatlah slogan, “Apabila dua mitra selalu setuju, salah satu dari mereka tidak perlu.” Kalau ada beberapa hal yang belum anda pikirkan, bersyukurlah kalau itu diberitahu kepada anda. Mungkin ketidaksetujuan ini merupakan kesempatan anda untuk dikoreksi, sebelum anda membuat kesalahan serius.
- Jangan percaya pada kesan pertama naluri anda. Reaksi alami kita yang pertama dalam sebuah situasi yang mengenakkan adalah menjadi defensif. Hati-hati. Tenanglah dan perhatikan reaksi pertama anda. Mungkin itu merupakan bagian anda yang terburuk, bukan bagian anda yang terbaik.
- Kendalikan kemarahan anda. Ingat, anda bisa mengukur besarnya seseorang melalui hal-hal yang membuatnya marah.
- Dengarkan
dulu. Beri
kesempatan lawan anda untuk berbicara.
Dengarkan Dulu - Cari bidang-bidang kesepakatan. Kalau anda sudah mendengar perkataan lawan anda, pikirkan dulu pokok-pokok atau bidang-bidang yang anda setujui.
- Jujurlah. Cari tahu wilayah-wilayah dimana anda bisa menerima kesalahan, dan sampaikan hal itu. Minta maaf atas kesalahan anda. Hal ini akan membantu melucuti senjata lawan dan mengurangi sikap defensifnya.
- Berjanjilah untuk memikirkan ide-ide lawan anda dan pelajari ide-ide tersebut dengan seksama. Dan lakukanlah dengan sungguh-sungguh. Lawan anda mungkin benar. Jauh lebih mudah pada tahap ini untuk memikirkan pandangan-pandangan mereka dibandingkan anda maju dengan cepat dan mendapatkan diri anda dalam posisi di mana lawan anda bisa berkata: “Kami sudah berusaha menyampaikan pada anda, tapi anda tidak mau mendengarkan.”
- Berterimakasihlah pada lawan anda dengan tulus untuk minat-minat mereka. Siapapun yang mau meluangkan waktu untuk mengatakan tidak setuju dengan anda berarti dia berminat dalam hal yang sama seperti anda. Pikirkan mereka sebagai orang-orang yang benar-benar ingin menolong anda, dan anda mungkin menjadikan lawan anda sebagai kawan.
- Jangan terburu-buru bertindak, beri waktu kepada kedua pihak untuk memikirkan masalahnya. Sarankan pertemuan berikutnya diadakan selanjutnya hari itu atau besoknya, ketika semua fakta mungkin bisa dibawa. Dalam mempersiapkan pertemuan ini, ajukan beberapa pertanyaan sulit berikut kepada diri sendiri: mungkinkah lawan saya benar? Sebagaimana benar? Adakah kebenaran dalam posisi atau argumentasi mereka? Apakah reaksi saya yang akan menyelesaikan masalahnya, atau apakah itu hanya menghasilkan frustasi, apakah reaksi saya akan membuat lawan saya semakin menjauh, atau bisa menarik mereka lebih dekat dengan saya? Apakah reaksi saya akan mempercepat pikiran bahwa saya seorang yang baik? Apakah saya akan menang atau kalah? Kalau saya berdiam diri saja dalam masalah ini, apakah rasa tidak setuju ini akan meledak? Apakah situasi ini merupakan kesempatan bagi saya?
Penyanyi
tenor opera Jan Peerce, setelah dia menikah hampir lima puluh tahun, pernah
berkata: “istri saya dan saya sudah membuat perjanjian jauh hari sebelumnya,
dan kami sudah menjaganya, tidak peduli betapa marahnya kami terhadap satu sama
lain. Apabila seorang dari kami berteriak, yang lain harus mendengar, karena apabila
dua orang yang berteriak, tidak akan terjadi komunikasi, hanya terdengar suara berisik
yang semraut”
Prinsip 2: Tunjukkan penghargaan terhadap
pendapat orang lain. Jangan pernah berkata, “Anda salah.
Anda
dapat mengatakan kepada orang lain bahwa mereka salah dengan pandangan atau
intonasi atau gerak isyarat semahir anda mampu mengungkapkan dalam kata-kata
dan bila anda sampaikan pada mereka bahwa mereka salah, apakah anda bisa
membuat mereka setuju dengan anda? Tidak pernah! Karena anda sudah menghantam
langsung kecerdasan, penilaian, kebanggan dan respek-diri mereka. Hal itu malah
membuat mereka ingin memukul balik. Dan cara itu tidak pernah membuat mereka
ingin mengubah pikiran. Kemudian anda mungkin bisa menantang mereka dengan
semua logika dari Plato atau Immanuek Kant, namun anda tidak akan mampu
mengubah opini mereka, karena anda sudah melukai perasaan mereka.
Jangan
pernah memulai dengan mengatakan: “Saya akan buktikan sesuatu pada anda.” Cara
itu sungguh buruk. Itu sama saja dengan mengatakan: “Saya lebih pintar dari
anda. Saya akan sampaikan pada anda satu atau dua hal, dan membuat anda
mengubah pikiran anda.” Itu sebuah tantangan. Itu malah membangkitkan
perlawanan dan membuat si pendengar ingin melawan anda, bahkan sebelum anda
memulai pertempurannya. Memang sulit, bahkan dibawah kondisi yang paling ramah
sekalipun, untuk mengubah pikiran orang. Jadi, mengapa harus membuatnyasemakin
sulit? Mengapa anda membuat cacat diri anda sendiri? Kalau anda hendak
membuktikan apapun, jangan buat seseorang pun mengetahui hal itu, bijaksanalah,
sehingga tidak ada seorang pun yang tahu anda melakukannya.
Hal ini
diekspresikan dengan baik sekali oleh Alexander Pope:
“Orang
harus diberi pelajaran dengan cara seolah-olah anda tidak mengajarinya, dan
hal-hal yang tidak diketahui diajukan sebagai hal-hal yang terlupa.”
Sekitar
tiga ratus tahun yang lalu Galileo berkata:
“Kita
tidak bisa mengajarkan apa pun pada seseorang, kita hanya bisa membantunya
menemukannya sendiri dalam dirinya.”
Seperti
yang dikatakan Lord Chesterfield kepada putranya:
“Berusahalah
lebih bijaksana daripada orang lain kalau bisa, tapi jangan katakan itu kepada
mereka.”
Socrates
berkata berulang-kali kepada para pengikutnya di Atena:
“Saya
hanya tahu satu hal, yaitu saya tidak tahu apa pun”
Nah,
saya tidak bisa berharap untuk menjadi lebih cerdas dari Scorates, karena itu
saya sudah berhenti mengatakan orang lain bahwa mereka salah. Dan saya
mendapatkan cara ini sungguh bermanfaat untuk saya. Kalau seseorang membuat
satu pernyataan yang menurut anda salah, bahkan bila anda benar-benar tahu
bahwa itu salah, bukankah lebih baik memulainya dengan mengatakan: “Baiklah,
mari kita lihat . menurut saya hal ini adalah sebalikna, namun jika mungkin
saja saya salah. Saya memang sering salah. Dan kalau saya salah, saya ingin
diperbaiki. Mari kita meneliti fakta-faktanya.”
Ada
keajaiban, keajaiban positif, dalam ungkapan-ungkapan seperti: “Saya mungkin
salah. Saya memang sering salah. Mari kita meneliti fakta-faktanya.” Tak
seorang pun di surga maupun di dalam laut atau di bawah bumi, akan pernah
mendebat perkataan anda yang terungkap seperti ini: “Saya mungkin salah. Mari
kita meneliti fakta-faktanya.” Anda tidak akan pernah mendapat kesulitan, kalau
anda mau mengungkapkan bahwa anda mungkin salah. Cara itu akan menghentikan
semua perdebatan dan mengilhami lawan anda untuk menjadi sama adil, terbuka dan
berpikiran-luas seperti anda. Ini akan membuatnya ingin juga mengakui bahwa dia
mungkin juga salah. Apabila kita salah, kita sendiri mungkin mengakuinya. Dan
bila kita ditangani dengan cerdik dan lembut, kita mungkin mengakuinya pada
orang lain, dan bahkan merasa bangga dengan keterusterangan kita serta pikiran
kita yang luas. Tapi tidak demikian halnya bila seseorang mencoba memaparkan
fakta dengan cara tidak menyenangkan.
Sebenarnya,
saya tidak mengungkapkan sesuatu pun yang baru di sini. Dua ribu dua ratus
tahun sebelum Kristus lahir, Raja Akhtoi dari mesir memberi putranya nasihat
yang bijaksana, nasihat yang sangat dibutuhkan saat ini. “Bersikaplah
diplomatis, itu akan menolongmu memperoleh tujuanmu.” Dengan kata lain, jangan
berdebat dengan pelanggan atau pasangan anda atau dengan musuh anda. Jangan
sampaikan pada mereka bahwa mereka salah, jangan membuat mereka naik darah.
Gunakan sedikit diplomasi.
Sifat
manusia, hanya sedikit orang yang berpikir logis. Kebanyakan dari kita
berprasangka.
Prinsip 3: Kalau anda salah, akuilah dengan
segera dan dengan simpatik.
Kalau
kita tahu bagaimana pun kita akan dimarahi, apakah tidak jauh lebih baik untuk
mendahului orang lain dan mengerjakannya sendiri? Bukankah jauh lebih mudah
mendengarkan kritik-sendiri daripada menerima cercaan dari bibir orang lain?
Katakan mengenai diri anda sendiri semua hal yang menghina, yang anda tahu
mereka pikirkan atau ingin katakan atau bermaksud untuk mengatakannya pada anda
dan cepat sampaikan pada mereka sebelum mereka punya kesempatan untuk
menumpahkannya. Kemungkinan yang ada adalah seratus banding satu bahwa satu
sikap memaafkan yang murah hati akan diberikan dan kesalahan anda akan
dikurangi.
Ada
tingkat kepuasan tertentu dalam memperoleh keberanian untuk menerima kesalahan
diri sendiri. Itu tidak hanya menjernihkan suasana bersalah dan pertahanan
diri, namun seringkali membantu memecahkan masalah yang ditimbulkan oleh
kesalahan itu. Setiap orang bodoh dapat saja mencoba mempertahankan
kesalahannya, dan hampir semua orang bodoh melakukannya, namun mengakui
kesalahan sendiri mengangkat seseorang ke atas kelompoknya dan memberinya
perasaan mulia dan kegembiraan meluap-luap.
Elbert
Hubbard adalah salah seorang penulis paling orisinil yang pernah menghebohkan
sebuah negara, dan kalimat-kalimatnya yang tajam seringkali membangkitkan
kebencian yang besar. Namun Hubbard dengan kemampuannya yang langka dalam
menangani manusia, seringkali mengubah musuh-musuhnya menjadi kawan. Misalnya,
tatkala beberapa pembaca yang merasa terganggu dengan tulisannya, menulis
kepadaya dan mengatakan bahwa dia tidak setuju dengan artikel ini dan itu, lalu
mengakhiri surat itu dengan menyebut Hubbard ini dan itu,maka Elbert Hubbard
akan menjawab seperti ini:
“Setelah
dipikir-pikir, saya tidak setuju sepenuhnya dengan diri saya sendiri. Tidak
semua yang saya tulis kemarin menarik minat saya hari ini. Saya senang
mendengar apa yang anda sampaikan mengenai hal ini. Lain kali bila anda berada
di daerah pemukiman saya, anda harus mengunjungi kami dan kita akan membahas
subjek ini sampai tuntas. Jadi, inilah jabat tangan hangat dari jarak
bermil-mil jauhnya, dan inilah saya. Hormat saya.”
Apa
yang bisa anda katakan kepada seorang yang memperlakukan anda seperti itu?
Apabila
kita benar, mari kita memikat orang lain dengan cara lembut dan bijaksana untuk
mengikuti cara berpikir kita, dan apabila kita salah, dan sungguh-sungguh
mengherankan, hal itu ternyata yang sering terjadi, kalau kita mau jujur pada
diri sendiri, mari kita akui kesalahan kita dengan segera, dan dengan antusias.
Bukan hanya teknik itu akan memberikan hasil yang mencengangkan, tetapi,
percaya atau tidak, cara itu akan jauh lebih menyenangkan daripada kita mencoba
untuk mempertahankan diri. Ingatlah pepatah kuno ini: “Dengan berkelahi anda
tidak akan pernah merasa cukup, namun dengan mengalah anda memperoleh lebih
dari yang anda harapkan.”
Prinsip 4: Mulailah degan cara yang ramah.
Kalau
kemarahan anda bangkit dan anda memaki mereka, anda akan mempunyai waktu yang
bagus untuk mengeluarkan perasaan-perasaan anda. Tapi bagaimana halnya dengan
orang yang dimaki? Apakah dia juga akan merasakan kesenangan anda? Akankah nada
suara anda yang hendak berkelahi, sikap anda yang kejam, akan membuatnya dengan
mudah setuju dengan anda?
“Kalau
anda datang kepada saya dengan tangan terkepal,” kata Woodrow Wilson, “saya
pikir saya bisa berjanji pada anda bahwa kepalan tangan saya akan dua kali
lebih cepat dari anda, tapi kalau anda datang pada saya dan berkata, ‘mari kita
duduk dan menyelesaikannya bersama, dan kalau kita saling berbeda pendapat,
kita coba mengerti mengapa hal itu membuat kita berbeda , apa sebenarnya
masalahnya,’ kita akhirnya akan menemukan kalau sebenarnya kita tidak terlalu
jauh terpisah, bahwa hal dimana kita berbeda hanyalah sedikit, padahal
titik-titik dimana kita saling setuju malah lebih banyak, dan kalau saja kita
mempunyai kesabaran dan berterus-terang, serta hasrat untuk bersama, kita akan
mampu menyelesaikannya bersama.”
Kalau
hati seseorang terluka karena selisih paham dan dia mempunyai perasaan tidak
enak terhadap anda, anda tidak bisa menariknya kedalam cara berpikir anda
meskipun dengan semua logika. Orang tua yang membentak dan bos serta suami yang
mendominasi, kemudian istri yang mengomel, seharusnya mereka menyadari bahwa
orang tidak akan mau mengubah pikiran mereka. Mereka tidak bisa dipaksa atau
digerakkan untuk setuju dengan anda atau saya. Tapi mereka mungkin bisa
diarahkan kesana, bila kita bersikap lembut dan ramah, sangat lembut dan ramah.
Lincoln
mengatakan hal ini lebih dari seratus tahun yang lalu. Berikut adalah kata-kata
tersebut: “Ini merupakan pepatah lama yang benar, yaitu ‘setetes madu bisa
menangkap lebih banyak lalat daripada segalon empedu.’ Jadi dalam berurusan
dengan manusia, kalau anda ingin memikat seseorang ke dalam cara berpikir anda,
pertama sekali, yakinkan dia bahwa anda adalah kawannya yang tulus. Itu adalah
setetes madu yang akan menangkap hatinya, yang merupakan jalan besar menuju
pengertiannya.”
Ada
sebuah dongeng tentang matahari dan angin. Mereka berdua bertengkar untuk
menentukan siapa yang lebih kuat, dan si angin berkata, “Saya akan buktikan bahwa
saya yang terkuat. Kau lihat lelaki tua di sana dengan jaketnya? Saya bertaruh
kalau saya mampu melepaskan jaketnya lebi cepat dibandingkan dengan yang mampu
kau lakukan.” Maka sang matahari pindah ke belakang si awan, kemudian sang
angin meniup kencang hampir seperti tornado, namun semakin keras dia meniup,
semakin erat lelaki tua itu mencengkram jubahnya. Akhirnya, sang angin menjadi
tenang dan menyerah, kemudian sang matahari muncul dari balik awan dan
tersenyum ramah kepada lelaki tua itu. Kini, si lelaki tua menyeka alisnya dan
menanggalkan jaketnya. Sang matahari kemudian mengatakan pada angin bahwa
keramahan dan kelembutan selalu lebih kuat daripada kekuatan dan kemarahan.
Aesop
adalah budak Yunani yang tinggal di istana Croesus dan memintal dongeng-dongeng
abadi enam ratus tahun sebelum masehi. Namun kebenaran yang dia ajarkan
mengenai sifat dasar manuia masih sama benarnya dengan di Boston dan Birmingham
saat ini, seperti pada saat dua puluh enam abad yang lalu di Atena. Matahari
bisa membuat anda menanggalan pakaian anda lebih cepat daripada angin, dan
kebaikan hati, pendekatan ramah dan penghargaan dapat membuat orang mengubah
pikirannya lebih cepat daripada semua gertakan dan serangan di dunia ini.
Ingatlah
apa yang dikatakan Lincoln: “Setetes madu menangkap lebih banyak lalat daripada
segalon empedu.”
Prinsip 5: Buatlah orang lain mengatakan
“ya, ya” dengan segera.
Dalam
berbicara dengan orang lain, jangan memulainya dengan membahas hal-hal di mana
anda berbeda. Mulailah dengan menekan, dan teruslah menekan hal-hal dimana anda
setuju dengannya. Teruslah menekan, kalau mungkin, bahwa anda berdua sebenarnya
mempunyai tujuan akhir yang sama, dan bahwa satu-satunya perbedaan anda
hanyalah dalam metodenya, bukan pada tujuannya. Usahakan orang tersebut
mengatakan, “ya, ya”. Usahakan agar dia, kalau mungkin, tidak berkata ‘tidak.”
Satu
jawaban “tidak” menurut Profesor Overstreet, merupakan cacat yang paling sulit
diatasi apabila anda sudah mengatakan “tidak”, semua kebangaan pribadi akan
menuntut agar tetap konsisten dengan diri anda. Anda mungkin nantinya merasa
bahwa “tidak” tersebut ternyata keliru, namun, ada kebanggan anda yang
berbahaya untuk dipergunakan. Sekali anda sudah mengatakan sesuatu, anda merasa
harus berpasangan padanya. Karenanya, sangat penting untuk mulai mengarahkan
seorang ke dalam arah yang mengiyakan. Pembicara berkata akan memperoleh, pada
permulaannya, sejumlah jawaban “Ya”. Jawaban ini menentukan proses psikologi
dari pendengar untuk bergerak ke arah mengiyakan. Ini seperti gerakan bola
biliar. Terdorong ke satu arah, perlu sedikit usaha untuk membelokkannya, akan
jauh lebih banyak usaha untuk mengarahkannya ke arah yang berlawanan. Pola
psikologi ini sudah cukup jelas. Ketika seseorang berkata “tidak” dan
benar-benar bermaksud demikian, dia akan melakukan hal lebih jauh dari sekedar
mengucapkan kata “tidak”. Seluruh organnya, jaringan kelenjar, saraf, otot,
saling berkomplot dalam satu kondisi penolakan. Penarikan fisik biasanya samar,
tetapi kadang dapat terlihat. Keseluruhan sistem saraf otot, singkatnya,
menyiapkan diri untuk menolak. Sebaliknya, ketika seseorang mengatakan “ya”,
tak satu pun dari kegiatan penarikan yang terjadi. Organismenya berada dalam
gerakan maju, menerima dengan sikap terbuka. Jadi, semakin banyak “ya” yang
bisa kita timbulkan pada tahap awal, menyebabkan semakin cenderung kita menuju
sukses dalam memperoleh perhatian untuk saran kita. Ini merupakan teknik yang
sederana. Namun, betapa seringnya cara ini diabaikan. Seringkali agaknya orang
seolah-olah memperoleh rasa penting mereka sendiri dengan menentang orang lain
pada tahap awal.
Scorates,
“sang pembujuk dari Athena”, merupakan salah satu filusuf terbesar dunia yang
pernah dikenal. Dia melakukan sesuatu yang hanya segelintir pria di sepanjang
sejarah yang mampu melakukannya. Dia dengan tajam mengganti seluruh proses
berpikir manusia, dan kini, dua puluh empat abad setelah kematiannya, dia
diberi penghormatan sebagai salah satu pembujuk paling bijaksana yang pernah
mempengaruhi dunia yang penuh percekcokan ini. Metodenya? Apakah dia menyampaikannya
pada orang itu kalau mereka salah? Oh, tidak, bukan Scorates. Dia terlalu
bijaksana untuk melakukan itu. Keseluruhan tekniknya, yang kini disebut “metode
Scorates”, adalah berdasarkan pada perolehan jawaban “Ya, ya”. Dia mengajukan
pertanyaan yang lawan mau tidak mau harus setuju. Dia terus mengajukan
pertanyaan sampai akhirnya, hampir tanpa sadar, lawannya menempatkan diri
mereka memeluk kesimpulan, yang beberapa menit sebelumnya mereka sangkal dengan
keras.
Lain
waktu bila kita tergoda untuk mengatakan pada seseorang bahwa dia salah, mari kita
ingat si tua Scorates dan ajukan pertanyaan lembut, pertanyaan yang akan
memperoleh jawaban “ya, ya”.
Cina
mempunyai pepatah yang mengandung kebijaksanaan kuno dari Timur, “Dia yang
menapak dengan lembut akan menempuh jarak lebih jauh.” Mereka telah melewatkan
lima ribu tahun mempelajari sifat dasar manusia, bangsa Cina yang berbudaya
itu, dan mereka telah mengumpulkan banyak ketajaman pandangan, “Dia yang
menapak dengan lembut, akan menempuh jarak lebih jauh.”
Prinsip 6: Biarkan orang lain yang lebih
banyak berbicara.
Hampir
semua orang mencoba menarik orang lain untuk setuju dengan cara berpikir mereka,
terlalu banyak bicara sendiri. Biarkan orang lain berbicara tentang mereka
sendiri. Mereka lebih tahu banyak tentang urusan mereka dan masalah mereka
daripada anda. Kalau anda tidak setuju dengan mereka, anda mungkin tergoda
untuk menyela. Tapi jangan. Itu berbahaya. Mereka tidak akan memperhatikan anda
ketika mereka sendiri mempunyai lebih banyak ide sendiri yang menuntut
diekspresikan. Maka, dengarkan saja dengan sabar dan dengan pikiran terbuka.
Tuluslah dalam melakukan hal ini. Beri semangat mereka untuk mengeluarkan ide
mereka sepenuhnya.
Prinsip 7: Biarkan orang lain merasa ide
itu merupakan idenya.
Tidakkah
anda merasa jauh lebih beruntung dengan ide-ide yang anda temukan sendiri
daripada ide-ide yang diserahkan kepada anda di atas piring perak? Kalau
demikian, bukankah penilaian yang buruk kalau anda mencoba memaksakan
pendapat-pendapat anda kettenggorokan orang lain? Bukankah lebih bijaksana
kalau anda membuat saran-saran dan membiarkan orang lain memikirkan
kesimpulannya?
Tak
seorang pun yang suka merasa bahwa dia sedang dijual atau diperintahkan untuk
melakukan sesuatu. Kita jauh lebih suka kalau kita merasa membeli dengan
kemauan kita sendiri, atau bertinfak dengan ide-ide kita sendiri. Kita suka
diajak berbicara tentang harapan, keinginan, dan pikiran kita.
Mari
kita lihat kasus Eugene Wesson. Dia telah merugi ribuan dollar dalam komisi
sebelum dia belajar tentang kebenaran ini. Wesson menjual sketsa pada sebuah
studio yang menciptakan rancangan untuk pabrik-pabrik stylist dan tekstil.
Wesson telah datang pada salah seorang perancang (stylist) terkemuka di New
York, sekali dalam seminggu, setiap minggu selama tiga tahun. “Dia tidak pernah
menolak berjumpa dengan saya,” ujar Wesson, “tapi dia tidak pernah membeli. Dia
selalu mengamati semua sketsa saya dengan sangat teliti dan kemudian, ‘tidak,
Wesson, saya kira tidak cocok hari ini.’” Setelah mengalami kegagalan 150 kali,
Wesson sadar kalau dia pasti seorang bermental rutin, maka dia memutuskan untuk
meluangkan satu malam seminggu untuk belajar tentang mempengaruhi tingkah laku
manusia, untuk membantunya mengembangkan ide-ide baru dan menghasilkan
antusiasme baru. Dia akhirnya memutuskan pendekatan baru ini. Dengan setengah
lusin sketsa artistik yang belum selesai dibawah lengannya, dia bergegas datang
ke kantor si pembeli. “Saya ingin anda membantu saya sedikit, kalau anda
besedia,” katanya. “Ini ada beberapa sketsa yang belum selesai. Maukah anda
menyampaikan pada saya bagaimana saya bisa menyelesaikan semua sketsa ini
dengan suatu cara sehingga anda bisa menggunakannya?” sang pembeli mengamati
sketsa-sketsa tersebut sejenak, tanpa mengucapkan sepatah katapun. Akhirnya dia
berkata, “Tinggalkan semua sketsa ini pada saya beberapa hari, nanti anda
kembali lagi dan jumpai saya.” Wesson kembali tiga hari kemudian, memperoleh
saran-sarannya, mengambil sketsa-sketsa itu kembali ke studio dan
menyelesaikannya menurut ide-ide si pembeli, hasilnya? Semuanya diterima.
Sesudah itu, si pembeli memesan sejumlah besar sketsa dari Wesson, semuanya
digambar berdasarkan ide-ide si pembeli. “Saya sadar mengapa saya selama ini
selalu gagal, selama bertahun-tahun, untuk menjual kepadanya,” ujar Wesson.
“Saya sudah memaksanya membeli apa yang tadinya saya pikir seharusnya dia beli.
Kemudian saya sama sekali mengganti pendekatan saya. Saya memaksa dia untuk
memberi ide-idenya. Hal ini membuatnya merasa bahwa dia yang menciptakan
rancangan-rancangan itu. Dan memang benar. Saya tidak harus menjual kepadanya.
Dia yang membeli.”
Membiarkan
orang lain merasa ide itu adalah miliknya tidak hanya berhasil dalam urusan
bisnis dan politik, tetapi juga berhasil dalam kehidupan keluarga.
Dua
puluh lima abad yang lalu, Lao Tse, seorang bijaksana dari Cina mengatakan
beberapa hal, yang para pembaca bisa gunakan sampai saat ini: “Alasan mengapa
sungai dan laut menerima kehormatan dari seratus sungai di gunung adalah karena
sungai dan laut tetap berada di bawah mereka. Jadi, mereka bisa mengendalikan
semua aliran sungai gunung. Maka sang bijaksana, bila berharap untuk berada di
atas orang-orang, dia mengambil posisi di bawah mereka: bila berharap berada di
depan mereka, dia menempatkan diri di belakang mereka. Jadi, meskipun tempatnya
ada di atas orang-orang itu, mereka tidak merasakan beratnya, meskipun
tempatnya berada di depan mereka, mereka tidak menganggapnya suatu kerugian.
Prinsip 8: Cobalah dengan sungguh-sungguh
untuk melihat segala sesuatunya dari sudut pandang orang lain.
Ingatlah
bahwa orang lain bisa jadi mutlak salah. Tapi mereka tidak mengira begitu.
Jangan menyalahkan mereka. Semua orang bodoh bisa melakukannya. Cobalah
mengerti mereka. Hanya orang-orang yang bijaksana, yang toleran, mencoba
melakukannya. Ada satu alasan mengapa orang lain berpikir dan bertindak seperti
itu. Temukan alasnnya, dan anda akan memperoleh kunci untuk
tindakan-tindakannya, mungkin untuk kepribadiannya. Cobalah dengan jujur untuk
menempatkan diri anda dalam posisinya.
Kalau
anda mengatakan pada diri anda, “Bagaimana yang saya rasakan, bagaimana jika
saya bereaksi kalau saya yang mengalami hal itu?” anda akan menghemat waktu
anda dan kejengkelan anda, karena “dengan menjadi tertarik pada penyebabnya,
lebih kecil kemungkinannya untuk tidak menyukai efeknya.” Dan sebagai tambahan,
anda akan dengan pesat meningkatkan kemampuan dalam hubungan manusia.
“Berhentilah
sebentar,” Kata Kenneth M Goode dalam bukunya How to Turn People Into Gold,
“Berhentilah sebentar untuk anda sendiri dengan perhatian lembut yang anda
berikan untuk orang lain. Kemudian sadarilah bahwa setiap orang lain di dunia
ini persis merasakan hal yang sama. Kemudian, bersama Lincoln dan Roosevelt,
anda akan memperoleh dengan cepat fondasi kokoh dalam hubungan antarmanusia,
dengan kata lain, sukses dalam berurusan dengan orang lain tergantung pada
perhatian simpatik terhadap pendapat orang lain.”
Dalam
bukunya Getting Through to People, Dr. Gerald S. Nirenberg memberi komentar:
“Kerjasama dalam percakapan dapat tercapai apabila anda menunjukkan bahwa anda
menganggap ide dan perasaan orang lain sama pentingnya seperti milik anda.
Memulai percakapan anda dengan memberi lawan bicara tujuan dan arah percakapan,
menentukan apa yang hendak anda katakan berdasarkan apa yang ingin anda
dengarkan kalau anda sebagai pendengar, kemudian menerima pandangannya akan
mendorong pendengar untuk berpikiran terbuka terhadap ide-ide anda.”
Melihat
segala segala sesuatunya dari kaca mata orang lain bisa mengendurkan tegangan
ketika masalah-masalah pribadi jadi membingungkan. Elizabeth Novak dari New
South Wales, Australia, enam minggu terlambat membayar cicilan mobilnya. “Pada
hari jumat,” dia melaporkan, “saya menerima telepon yang mengesalkan dari orang
yang menangani rekening saya, orang ini memberitahu bahwa bila saya tidak
datang dengan membayar $122 pada hari senin pagi, saya boleh mengharapkan
tindakan selanjutnya dari perusahaan itu. Saya tidak tahu bagaimana caranya
memperoleh uang sejumlah itu pada hari senin pagi. Bukannya menjadi marah, saya
berusaha melihat situasinya dari sudut pandangnya. Saya minta maaf dengan
sangat sopan karena telah menyulitkannya, dan saya katakan kalau saya pasti
adalah pelanggan yang paling mengesalkannya, karena ini bukan pertama kalinya
saya terlambat membeyar. Nada suaranya segera saja berubah, dan dia meyakinkan
saya bahwa saya sama sekali tidak begitu. Dia melanjutkan menyampaikan pada
saya beberapa contoh tentang betapa kasarnya para pelanggannya kadang-kadang,
bagimana mereka berbohong kepadanya dan sering sama sekali berusaha menghindar
berbicara dengannya. Saya tidak mengatakan apa-apa, saya mendengarkan dan
membiarkannya menumpahkan semua kesulitannya pada saya. Kemudian, tanpa saran
apa pun dari saya, dia bilang bahwa tidak menjadi masalah kalau saya belum bisa
membayar uang itu dengan segera, saya boleh membayarnya $20 pada akhir bulan,
dan membayar sisanya kalau saya sudah merasa mampu membayarnya.”
Lain
kali, sebelum anda meminta siapa pun untuk melakukan sesuatu, mengapa anda
tidak berhenti sebentar dan coba pikirkan seluruh masalahnya dari sudut pandang
orang lain? Tanyakan kepada diri anda: “Mengapa dia harus atau ingin melakukan
hal itu?” benar, sikap ini memerlukan waktu, tapi anda akan terhindar membuat
musuh, dan akan memperoleh hasil lebih baik, dan dengan lebih sedikit gesekan.
Kalau,
sebagai hasil dari membaca buku ini, anda hanya memperoleh satu hal, yaitu
kecenderungan yang meningkat untuk selalu berpikir dari sudut pandang orang lain,
dan juga sudut pandang anda, bila anda hanya mendapatkan satu hal dari buku
ini, maka satu hal itu bisa dengan mudah menjadi batu loncatan perkembangan
karier anda.
Prinsip 9: Bersimpatilah dengan ide dan
hasrat orang lain.
Tidak
inginkah anda memiliki satu ungkapan ajaib yang bisa menghentikan perdebatan,
menghilangkan sakit hati, menciptakan niat baik, dan membuat orang lain
mendengarkan dengan penuh perhatian? Ya? Baiklah, inilah dia: “Saya tidak
menyalahkan anda sedikitpun untuk apa yang anda rasakan. Kalau saya menjadi
anda, saya pun tidak ragu lagi akan merasa persis seperti yang anda rasakan.”
Satu jawaban seperti itu akan melembutkan orang yang paling suka berbantah
sekalipun. Dan anda bisa mengatakan itu dan menjadi 100 persen tulus, karena kalau
anda menjadi orang lain itu, anda pasti akan merasakan persis seperti yang
dirasakannya.
Tiga
perempat dari manusia yang akan anda jumpai merasa lapar dan haus akan simpati.
Berikan itu kepada mereka, dan mereka akan mencintai anda.
Sol
Hurok mungkin merupakan impresario Amerika nomor satu. Selama hampir setengah
abad dia menangani para artis-artis terkenal seperti Chaliapin, Isadora Duncan,
Pavlova. Hurok menyampaikan kepada Dale Carnegie tentang pelajaran pertama yang
telah diperolehnya dalam menangani para bintang yang tempramental itu, yaitu
kebutuhan mendapat simpati, simpati dan lebih banyak simpati terhadap
keistimewaan mereka. Selama tiga tahun, dia adalah impresario untuk Feodor
Chaliapin, salah satu penyayi suara bass terbesar yang pernah menggetarkan
ruangan-ruangan di metropolitan. Padahal Chaliapin selalu membuat masalah
konstan. Dia bersikap seperti anak manja. Seperti yang dinyatakan dalam
ungkapan Hurok sendiri yang tidak bisa ditiru: “Dia seorang yang sangat
menyulitkan dalam semua cara.” Misalnya, Chaliapin akan memanggil Hurok pada
tengah hari ketika dia akan menyenyi dan berkata, “Sol, saya merasa sangat
tidak enak. Tenggorokan saya seperti hamburger mentah. Tidak mungkin saya bisa
menyanyi nanti malam.” Apakah Huro berdebat dengannya? Oh, tidak. Dia paham
benar kalau seorang pengusaha tidak mungkin menangani para artis dengan cara
itu. Maka dia akan bergegas datang ke hotel Chaliapin, memperlihatkan
simpatinya. “Sayang sekali,” dia menjadi muram. “Sungguh sayang! Kasihan anda
tentu saja, anda tidak bisa menyanyi. Saya segera akan membatalkan perjanjian
itu. Pertunjukkan itu hanya akan merugikan anda beberapa ribu dolar, namun
bukan apa-apa dibandingkan dengan reputasi anda.” Kemudian Chaliapin akan
mengeluh dan berkata, “Mungkin anda sebaiknya datang kemari lagi nanti.
Datanglah pukul lima dan lihat nanti keadaan saya saat itu.” Pada pukul lima,
Hurok akan bergegas lagi ke hotelnya, menunjukkan simpatinya lagi. Sekali lagi
dia akan mendesak untuk membatalkan pertunjukkan itu, dan sekali lagi Chaliapin
akan mengeluh dan berkata, “Ah, mungkin anda sebaiknya datang mengunjungi saya
lagi nanti. Saya mungkin akan lebih baik saat itu.” Pada pukul tujuh tiga
puluh, sang penyanyi besar itu setuju untuk menyanyi, hanya kalau Hurok mau
melangkah keluar ke atas panggung Metroolitan, mengumumkan bahwa Chaliapin
sedang terserang flu berat dan suaranya tidak baik. Hurok sebenarnya berdusta
dan berkata kalau dia akan melakukan hal itu, sebab dia tahu itu adalah
satu-satunya cara untuk menarik keluar sang penyanyi ke atas panggung.
Dr.
Arthur I. Gates berkata dalam bukunya yang sangat menarik, Education
Psychology: “Spesies manusia secara universal sangat membutuhkan simpati.
Seorang anak kecil akan dengan sangat bersemangat menunjukkan lukanya, atau bahkan
sengaja membuat satu goresan agar memperoleh sejumlah simpati. Untuk tujuan
yang sama, orang dewasa juga memperlihatkan luka mereka, menceritakan
kecelakaan mereka, penyakit, khususnya rincian operasi bedah mereka, ‘rasa
kasihan-diri’ terhadap kemalangan yang memang nyata ataupun khayalan, dalam
ukuran tertentu, praktis merupakan kebiasaan umum.”
Prinsip 10: Imbau motif-motif yang lebih
mulia.
Kenyataannya
adalah, manusia yang anda jumpai mempunyai anggapan tinggi tentang diri mereka
sendiri, dan mereka senang sekali merasa diri mereka orang baik dan tidak
egois, dalam perkiraan mereka sendiri. J. Pierpont Morgan mengamati, dalam
salah satu selingan analitisnya, bahwa orang bisanya mempunyai dua alasan saat
melakukan satu hal: satu yang kedengaran baik dan satu yang nyata.
Orang
itu sendiri akan memikirkan alasan yang nyata. Anda tidak perlu menekankan hal
itu. Namun kita semua, adalah orang idealis dalam hati kita, senang berpikir
tentang motif yang kedengarannya baik. Maka, untuk bisa mengubah manusia,
imbaulah motif-motif yang lebih mulia.
Jika
anda berpikir bahwa tidak ada sesuatu pun yang bisa berhasil untuk semua kasus,
anda mungkin benar, dan tidak ada satu pun yang bisa berhasil untuk semua
orang. Kalau anda sudah puas dengan hasil yang sekarang anda peroleh, mengapa
mengubahnya? Kalau anda belum puas, mengapa tidak berksperimen?
Bagaimanapun,
saya pikir anda akan senang membaca kisah nyata ini, yang diceritakan oleh
James L. Thomas, seorang bekas murid Dale Carnegie: Enam pelanggan dari sebuah
perusahaan mobil tertentu menolak membayar tagihan untuk servis mobil mereka.
Tak seorang pun dari keenam pelanggan itu memprotes keseluruhan tagihan. Dalam
setiap kasus, pelanggan telah menandatangani kerja yang sudah diselesaikan,
maka perusahaan tahu kalau tagihan itu sudah benar, dan mengatakan pada mereka
demikian. Ini adalah kesalahan pertama. Berukut ini adalah langkah-langkah yang
diambil orang-orang di departemen kredit, untuk menagih rekening-rekening yang
sudah jatuh tempo ini. Apakah menurut anda mereka berhasil?
- Mereka mendatangi masing-masing pelanggan dan menyampaikan kepada mereka dengan kasar bahwa mereka datang untuk menagih rekening yang sudah lama jatuh tempo.
- Mereka menyampaikannya dengan sangat gamblang bahwa perusahaan mutlah benar tanpa syarat, karena itu dia, si pelanggan, mutlak bersalah.
- Mereka memberitahukan bahwa mereka, perusahaan, tahu lebih banyak tentang mobil dibandingkan dengan yang pernah bisa ia ketahui. Jadi, apa argumentasinya?
- Hasil: mereka berdebat.
Apakah
salah satu dari meode ini bisa membuat pelanggan membayar rekeningnya? Anda
bisa menjawabnya sendiri. Pada tahap awal urusan ini, manajer kredit sudah akan
membuka serangan dengan memanfaatkan bakat hukumnya, namun untungnya
permasalahan ini sampai pada perhatian manajer umum. Manajer ini menyelidiki
para klien yang lalai dan mendapatkan bahwa mereka semua ternyata mempunyai
reputasi membayar rekening dengan tepat. Sudah jelas ada yang salah secara
drastis sehubungan dengan metode penagihan. Maka ia memanggil James L. Thomas
dan mengatakan padanya untuk menagih rekening-rekening yang “tidak bisa
ditarik”. Berikut ini, dengan kata-katanya sendiri, adalah langkah-langkah yang
diambil Thomas:
- Kunjungan saya kepada masing-masing pelanggan adalah untuk menagih rekening kami yang sudah lama lewat waktu, rekening yang kami tahu mutlak benar. Tapi saya tidak mengatakan sepatah pun tentang hal itu. Saya menjelaskan bahwa saya datang untuk mencari tahu apa yang sudah dikerjakan perusahaan, atau yang telah lalai dilakukan perusahaan.
- Saya menjelaskan bahwa, sampai saya mendengar sendiri dari pelanggan, saya tidak mempunyai opini yang saya berikan. Saya sampaikan padanya bahwa perusahaan tidak mungkin mengklaim rekening yang tidak mungkin salah.
- Saya katakan padanya bahwa saya hanya berminat pada mobilnya, dan bahwa dia tentunya lebih tahu tentang mobilnya daripada orang lain mana pun di dunia ini, bahwa dia yang berhak atas subjek itu.
- Saya biarkan dia bebicara, dan saya mendengarkannya dengan minat dan simpati yang dia inginkan, dan memang itulah yang mereka harapkan.
- Akhirnya, tatkala si pelanggan sudah dalam suasana hati masuk akal, saya akan memaparkan seluruh masalahnya. Saya mengimbau motif-motif yang lebih mulia. “Pertama,” kata saya, “Saya ingin anda tahu bahwa saya juga merasa masalah ini telah ditangani dengan tidak baik. Anda telah dipersulit dan menjadi kesal oleh para wakil kami. Hal itu seharusnya tidak pernah terjadi. Saya minta maaf dan, sebagai wakil dari perusahaan, saya menyatakan maaf. Pada saat saya duduk disini dan mendengarkan ceritanya dari anda, saya tidak bisa tidak terkesan oleh kesabaran dan kejujuran anda. Dan sekarang, karena anda bersikap adil dan sabar kepada saya, saya mohon anda melakukan sesuatu untuk saya. Ini adalah sesuatu yang bisa anda kerjakan dengan lebih baik daripada orang lain, sesuatu yang lebih anda ketahui daripada orang lain. Ini rekening anda, saya tahu adalah aman bagi saya untuk meminta anda untuk menyelesaikannya, persis seperti yang akan anda lakukan kalau anda presiden perusahaan kami, saya akan meninggalkan semua ini terserah anda. Apapun yang menurut anda bisa berhasil.”
Apakah
dia menyelesaikan rekening itu? Tentu saja, dan mereka melakukannya dengan
segera. Rekening-rekening itu senilai antara $150 sampai $400, tapi apakah
pelanggan itu memberi yang terbaik darinya? Ya, salah seorang dari mereka
melakukannya! Satu dari mereka menolak membayar sesenpun dari biaya yang
dipermasalahkan, tapi lima yang lain memberikan yang terbaik kepada perusahaan.
Dan inilah yang terbaik dari seluruhnya: kami mengirimkan mobil-mobil baru
epada keenam pelanggan ini dalam waktu dua tahun berikutnya. “Pengalaman telah
mengajarkan saya, bahwa bila tidak ada informasi mengenai si pelanggan yang
bisa diperoleh, satu-satunya basis terbaik untuk meneruskannya adalah
menganggap bahwa pelanggan itu seorang yang tulus, jujur, dan dapat dipercaya
dan bersedia membayar tagihan itu, begitu mereka diyakinkan kalau mereka benar.
Untuk mengungkapkan pengertian ini secara berbeda: manusia pada dasarnya jujur
dan ingin memenuhi kewajiban mereka. Pengecualian untuk peraturan ini sangat
sedikit, dan saya yakin kalau para individu tersebut lebih suka bereaksi dengan
cara menyenangkan, kalau anda membuat mereka merasa bahwa anda menganggap
mereka jujur dan adil.” Kata Thomas.
Prinsip 11: Dramatisirlah ide-ide anda
Beberapa
tahun lalu, Evening Bulletin Philadelphia
difitnah oleh suatu kampanye yang berbahaya. Sebuah gosip jahat disebarluaskan.
Para agen iklan diberi kabar bahwa koran itu tidak lagi menarik bagi para
pembaca, karena meliputi terlalu banyak iklan dan sangat sedikit berita.
Tindakan segera perlu dilaksanakan. Gosip itu harus dipadamkan. Tapi bagaimana?
Seperti inilah cara itu dilakukan. Bulletin tersebut membuat kliping dari edisi
tetap semua materi bacaan dari berbagai jenis tentang satu hari terbit biasa,
menggolongkannya, dan menerbitkan dalam sebuah buku. Buku itu dinamakan One
Day. Buku berisi 307 halaman, sama tebalnya dengan buku bersampul-keras, namun
Bulletin telah mencetak semua berita dan artikel menarik dalam satu hari dan
menjualnya, bukan dengan harga beberapa dolar, melainkan beberapa sen saja.
Pencetakan buku itu telah mendramatisir fakta bahwa Bulletin memuat sejumlah
besar artikel menarik. Hal ini mempertegas fakta dengan lebih nyata, dengan
lebih menarik, lebih mengesankan, dibandingkan dengan berhalaman-halaman angka,
atau sekedar yang mampu dilakukan oleh percakapan. Ini adalah hari dramatisasi
itu. Sekedar menyatakan suatu kebenaran tidaklah cukup. Kebenaran itu harus
dibuat jelas, menarik, dramatis. Anda harus menggunakan kecakapan membuat
pertunjukan. Film-film melakukannya. Televisi juga. Dan anda harus
menggunakannya juga, kalau anda ingin mendapat perhatian. Hal ini juga bisa
berhasil dalam kehidupan rumah tangga. Ketika kekasih zaman-kuno melamar
jantung hatinya, apakah dia hanya menggunakan kata-kata cinta? Tidak! Dia
berlutut. Tindakan itu benar-benar akan menunjukkan bahwa dia memang bermaksud
seperti apa yang diucapkannya. Sekarang kita tidak lagi mengajukan lamaran
dengan berlutut, namun banyak orang yang melamar masih menyiapkan atmosfer
romantis sebelum mereka mengajukan lamaran.
James
B. Boynton harus menyajikan sebuah laporan pasar yang panjang. Perusahaannya
baru saja menyelesaikan satu studi yang melelahkan untuk satu merek terkemuka
krim pendingin wajah. Diperlukan data dengan segera mengenai kompetisi pasar,
calon pelanggan produk ini, adalah salah satu dari orang yang terbesar, dan
yang paling hebat dalam bisnis periklanan. Dan pendekatannya yang pertama gagal
bahkan sebelum dia memulainya. “Pertama kali saya masuk,” Boynton menerangkan,
“saya mendapatkan diri saya tenggelam dalam diskusi yang sia-sia mengenai
metode-metode yang dipakai dalam penyelidikan. Kami saling berdebat. Dia katakan
saya salah, dan saya berusaha membuktikan bahwa saya benar. Saya akhirnya
memenangkan pendapat saya, dengan kepuasan pada pihak saya sendiri, namun waktu
saya sudah habis, wawancara itu sudah berakhir, dan saya masih tidak membawa
hasil. Yang kedua kalinya, saya tidak mempedulikan tabulasi angka dan data.
Saya pergi untuk menjumpainya lagi, saya mendramatisir fakta-fakta saya.
Tatkala saya memasuki kantornya, dia sedang sibuk berbicara di telepon. Begitu
dia selesai dengan percakapannya, saya membuka koper dan menumpuk tiga puluh
dua botol krim pendingin ke atas mejanya, semua produk yang sudah dia ketahui,
produk semua kompetitor dari krimnya. Pada masing-masing botol, saya memberi
label yang menjelaskan hasil dari investigasi penjualan. Dan masing-masing
label menceritakan kisahnya dengan singkat, secara dramatis. Apa yang terjadi?
Tidak ada lagi perdebatan. Cara ini merupakan sesuatu yang baru, sesuatu yang
berbeda. Dia mengambil botol pertama, kemudian botol lainnya dari botol-botol
krim pendingin itu, dan membaca informasi pada labelnya. Saat pembicaraan ramah
jadi berkembang. Dia mengajukan pertanyaan tambahan. Dia sangat tertarik.
Tadinya dia memberi saya waktu hanya sepuluh menit untuk menyajikan fakta-fakta
saya, namun sepuluh menit sudah berlalu, dua puluh menit, empat puluh menit,
dan pada akhirnya satu jam, kami masih berbicara. Sebenarnya kali ini saya
menyajikan fakta-fakta yang sama seperti sebelumnya. Namun, saya menggunakan
dramatisasi, dan betapa berbeda hasilnya.”
Prinsip 12: Lemparkan Tantangan
Apabila
semua yang lain tidak berhasil, coba cara ini.
Charles
Schwab mempunyai seorang manajer pabrik yang anak buahnya tidak menghasilkan
kuota kerja mereka. “Bagaimana ini?” Schwab bertanya kepadanya, “manajer
semampu anda tidak dapat membuat pabrik ini berproduksi sebagaimana
semestinya?”, “Saya tidak tahu,” jawab si manajer. “Saya sudah membujuk
orang-orang ini, saya sudah mendorong mereka, saya sudah marah dan menyumpahi,
saya sudah mengancam mereka dengan peringatan bahwa mereka bisa dipecat. Namun
tak satupun yang berhasil. Mereka tetap tidak memberi hasil.” Percakapan ini
berlangsung di penghujung hari itu, persis sebelum kerja malam tiba. Schwab
meminta sepotong kapur pada manajer itu kemudian, berpaling pada orang yang
paling dekat dengannya, dia bertanya: “Berapa banyak bagian yang dibuat oleh
giliran anda hari ini?”, “Enam” jawab orang itu, tanpa sepatah kata lain,
Schwab menuliskan angka “6” besar-besar di lantai, dan berjalan keluar. Ketika
pegawai diliran malam datang, mereka melihat angka “6” itu dan bertanya apa
maksudnya. “Big Boss datang kemari
hari ini,” orang-orang giliran siang menjawab. “Dia menanyakan pada kami berapa
bagian yang kami buat, dan kami menjawab enam. Dia menuliskannya di lantai.”
Esok paginya Schwab berjalan melalui pabrik itu lagi. Pegawai giliran malam
telah menghapus angka “6” itu, dan menggantinya dengan angka “7” besar yang
ditulis di lantai. Jadi, pegawai giliran malam berpikir bahwa mereka lebih baik
dari pegawai giliran siang, begitukah? Baiklah, mereka akan tunjukkan pada
pegawai giliran malam, siapa mereka. Para pekerja menyingsingkan lengan baju
mereka dengan antusian, dan begitu mereka berhenti kerja malam itu, mereka
meninggalkan angka “10” yang sangat besar. Segalanya mulai meningkat dengan
pasti. Segera saja pabrik ini, yang tadinya ketinggala jauh dalam produksi,
kini lebih banyak bekerja dibandingkan dengan pekerja kelompok lainnya di
pabrik itu. Prinsipnya? Biarkan Charles Schwab yang menyampaikannya dengan
kata-katanya sendiri, “Cara untuk mendapatkan segala sesuatu dikerjakan dengan
baik adalah dengan menstimulasi kompetisi. Maksud saya bukan berarti
menggunakan cara kotor dalam memperoleh uang, melainkan dalam hasrat
berkompetisi.”
Hasrat
untuk unggul! Tantangan! Melemparkan tantangan! Satu cara sempurna untuk
menarik manusia menjadi bersemangat.
“Semua
orang mempunyai rasa takut, namun mereka yang berani bergerak maju,
kadang-kadang sampai mati, namun selalu mendapat kemenangan” merupakan moto
dari King’s Guard dalam kisah Yunani kuno. Tantangan lebih besar apa yang bisa
ditawarkan selain kesempatan mengatasi rasa takut itu sendiri?
Frederic
Herzberg, salah seorang ilmuan besar dalam bidang perilaku, mengangguk setuju.
Dia mempelajari secara mendalam sikap kerja dari ribuan orang, mulai dari pekerja
pabrik sampai para eksekutif senior. Apa menurut anda yang dia temukan, yang
merupakan faktor paling memotivasi, satu segi pekerjaan yang paling
menstimulasi? Uang? Kondisi kerja yang baik? Tunjangan? Bukan, bukan satupun
dari itu semua. Satu faktor utama yang memotivasi manusia adalah kerja itu
sendiri. Bila pekerjaan itu menarik dan menggairahkan, si pekerja sendiri akan
ingin sekali menyelesaikannya, dan dia dimotivasi untuk melaksanakan pekerjaan
yang baik.
Itulah
yang dicintai oleh semua orang yang berhasil: permainannya. Kesempatan untuk
ekspresi diri. Kesempatan untuk membuktikan bahwa dia seorang yang berharga,
untuk unggul, untuk menang. Itulah yang membuat perlombaan diadakan. Hasrat
untuk menjadi unggul. Hasrat untuk memperoleh rasa dihargai.
No comments:
Post a Comment